Tiga Pantai di Aceh

Ditulis oleh Leo Lintang   
Senin, 28 Juli 2008
pantai acehterkenal dengan keindahan pantai-pantainya, maka ketika ada kesempatan untuk berkunjung ke Ibu Kota Provinsi Aceh, Banda Aceh,  jangan pernah melewatkan keelokan pantai-pantainya yang berserak tak jauh mengelilingi Banda Aceh. Yang paling sering dikunjungi oleh wisatawan lokal adalah pantai Lhok Nga dan Ujung Batee, keduanya sering menjadi sarana masyarakat Aceh untuk "mandi", bahasa populernya untuk berenang dan berendam di pantai.
 

Ujung Batee

Ujung Batee cenderung ramai dikunjungi pada pagi hari, dan ombaknya yang lembut bergulung saling menyusul namun relatif tenang, menjadikannya tempat favorit pilihan para orang tua untuk membawa anak-anaknya berenang di sini. Jaraknya tak jauh dari Kota Banda Aceh, hanya 20 menit bila ditempuh dengan kendaraan pribadi, kendaraan umum pun melewati lokasi pantai ini.asirnya yang landai dan berpasir hitam membuat anak-anak paling asyik membuat istana pasir dan berlama-lama bermain kejar-kejaran ombak. Di beberapa titik pantai Ujung Batee yang memanjang masih bisa terlihat sisa-sisa peninggalan benteng Indra Parta yang sudah terendam air laut.
 
Ini secara tak langsung menunjukkan bahwa pantai tersebut mengalami abrasi, pengikisan secara perlahan namun pasti. Menikmati matahari pagi sambil bersantai di kerimbunan beberapa pohon pantai yang masih bertahan dari terjangan tsunami dua tahun lalu, terasa menenangkan hati. Anginnya yang semilir makin membuai perasaan yang nyaman memandang birunya langit dan lautan.

Menikmati Sunset di Lhok Nga

Pantai Lhok Nga ini terbilang sangat ramai di hari-hari libur, mulai dari siang hingga senja datang. Sehingga jika ingin menikmati ketenangannya, pastikan memilih hari kerja biasa. Namun secara umum, meski ramai, tapi pantainya yang luas memanjang tetap bisa menampung ratusan bahkan ribuan orang yang ingin menikmati suasana sunset di sini. Jaraknya pun dekat dengan kota Banda Aceh, hanya 15 menit dari pusat kota bila menaiki mobil maupun motor, dan lokasinya bertolak belakang dengan lokasi pantai Ujung Batee.

Dibandingkan dengan pantai Ujung Batee maupun Pantai Lampuuk, Pantai Lhok Nga merupakan pantai yang paling ter-develop, sarana WC umum dan beberapa kafe sederhana untuk beristirahat banyak ditemui sepanjang pantai ini. tiga pantai aceh 03Bahkan di pantai ini juga ada life guard dengan tower pengawas, layaknya film Baywatch. Keberadaan tim penyelamat ini diprakarsai oleh sebuah organisasi lokal yang awalnya dimotori oleh pekerja asing yang bekerja di Banda Aceh.

Lhok Nga selalu ramai oleh kunjungan wisatawan lokal maupun asing (kebayakan para pekerja asing yang mewarnai Aceh), termasuk dengan makin banyaknya penikmat surfing. Ombaknya yang tinggi bergulung namun memecah mulus di pantai berpasir kehitaman bercampur warna kerang putih, membuat para peselancar seolah tak bosan mengayuh papannya ke tengah lautan.

Pemandangan elok lainnya adalah saat matahari menjelang tenggelam, sunset di Lhok Nga adalah pemandangan cantik yang sungguh sayang kalau dilewatkan begitu saja. Deburan ombak yang teratur diiringi angin berayun mendayu, merupakan perpaduan romantis.

Belum lagi sambil menikmati jagung bakar manis serta es kelapa muda yang dihidangkan langsung dengan batoknya plus kucuran jeruk nipis pada kelapa muda tersebut, nikmatnya!

Namun begitu adzan maghrib berkumandang, segera bersiap-siaplah untuk beranjak meninggalkan pantai, bila tak ingin kenangan indah Anda diusik oleh beberapa pemuda lokal yang tak segan-segan mengusir pengunjung pantai untuk segera berlalu dari lokasi ini.

Lampuuk, Keindahan yang Tersembunyi

Pantai Lampuuk seperti juga ciri khas pantai-pantai di Aceh, terhitung memanjang, dari utara hingga selatan. Dulu, sebelum peristiwa tsunami terjadi, di pantai ini sangat ramai dengan penjaja ikan segar berupa tempat-tempat makan, yang menawarkan untuk memanggang dan memasakan ikan-ikan tersebut agar bisa langsung dinikmati oleh pengunjung pantai. Namun saat ini tidak tampak satupun tempat makan serupa itu lagi. Seakan pergi bersamaannya dengan luruhnya rimbunan pohon cemara di tepian pantai yang bertumbangan akibat gerusan tsunami.
Namun pantai Lampuuk paling ujung masih meninggalkan eksotisme tersendiri yang berbatas dengan dinding terjal tinggi. Birunya air laut nan berpendar hijau, terpadu dengan birunya langit serta hijaunya pepohonan di atas bukit terjal tersebut. Seorang sahabat memandang terjalnya dinding bukit dan menggumamkan keinginan untuk mendakinya. Pastilah itu yang juga dirasakan para penikmat panjang dinding bila mendekati lokasi ini.

Keindahannya memang tersembunyi, letaknya pun sesungguhnya hampir sama dengan hitungan menit menuju Lhok Nga, namun kesunyian yang ditawarkan pantai ini memang menjadi daya tarik yang berbeda.

Di sini pengunjung tak bisa berenang, pusaran ombaknya terlalu berbahaya, sudah banyak korban tenggelam saat mencoba berenang di lokasi ini. Tempatnya lebih tepat untuk dibuat menikmati indahnya pemandangan pantai dan alam bebas.

Sejauh mata memandang, hanya keindahan warna alam yang tertangkap oleh indra penglihatan. Pasirnya pun pasir putih, pada beberapa sisi pantainya, pasir selembut dan seputih tepung bisa ditemui. Pantai ini paling pas untuk menyepi, terlebih ketika hati sedang gundah, dengan memandang keindahannya, seolah segala duka luruh bersama dengan hembusan angin pantai yang melembut perlahan.

Menikmati sore yang tenang, sambil membawa bekal sendiri sangatlah dianjurkan, maklum inilah satu-satunya pantai dari ke tiga pantai yang dibahas tadi, yang tidak menawarkan kedai maupun warung sesederhana apapun. Benar-benar hanya meyajikan keelokan perawan tiada tara.

Ujung Batee

Ujung Batee cenderung ramai dikunjungi pada pagi hari, dan ombaknya yang lembut bergulung saling menyusul namun relatif tenang, menjadikannya tempat favorit pilihan para orang tua untuk membawa anak-anaknya berenang di sini. Jaraknya tak jauh dari Kota Banda Aceh, hanya 20 menit bila ditempuh dengan kendaraan pribadi, kendaraan umum pun melewati lokasi pantai ini.asirnya yang landai dan berpasir hitam membuat anak-anak paling asyik membuat istana pasir dan berlama-lama bermain kejar-kejaran ombak. Di beberapa titik pantai Ujung Batee yang memanjang masih bisa terlihat sisa-sisa peninggalan benteng Indra Parta yang sudah terendam air laut.
 
Ini secara tak langsung menunjukkan bahwa pantai tersebut mengalami abrasi, pengikisan secara perlahan namun pasti. Menikmati matahari pagi sambil bersantai di kerimbunan beberapa pohon pantai yang masih bertahan dari terjangan tsunami dua tahun lalu, terasa menenangkan hati. Anginnya yang semilir makin membuai perasaan yang nyaman memandang birunya langit dan lautan.

Menikmati Sunset di Lhok Nga

Pantai Lhok Nga ini terbilang sangat ramai di hari-hari libur, mulai dari siang hingga senja datang. Sehingga jika ingin menikmati ketenangannya, pastikan memilih hari kerja biasa. Namun secara umum, meski ramai, tapi pantainya yang luas memanjang tetap bisa menampung ratusan bahkan ribuan orang yang ingin menikmati suasana sunset di sini. Jaraknya pun dekat dengan kota Banda Aceh, hanya 15 menit dari pusat kota bila menaiki mobil maupun motor, dan lokasinya bertolak belakang dengan lokasi pantai Ujung Batee.

Dibandingkan dengan pantai Ujung Batee maupun Pantai Lampuuk, Pantai Lhok Nga merupakan pantai yang paling ter-develop, sarana WC umum dan beberapa kafe sederhana untuk beristirahat banyak ditemui sepanjang pantai ini. tiga pantai aceh 03Bahkan di pantai ini juga ada life guard dengan tower pengawas, layaknya film Baywatch. Keberadaan tim penyelamat ini diprakarsai oleh sebuah organisasi lokal yang awalnya dimotori oleh pekerja asing yang bekerja di Banda Aceh.

Lhok Nga selalu ramai oleh kunjungan wisatawan lokal maupun asing (kebayakan para pekerja asing yang mewarnai Aceh), termasuk dengan makin banyaknya penikmat surfing. Ombaknya yang tinggi bergulung namun memecah mulus di pantai berpasir kehitaman bercampur warna kerang putih, membuat para peselancar seolah tak bosan mengayuh papannya ke tengah lautan.

Pemandangan elok lainnya adalah saat matahari menjelang tenggelam, sunset di Lhok Nga adalah pemandangan cantik yang sungguh sayang kalau dilewatkan begitu saja. Deburan ombak yang teratur diiringi angin berayun mendayu, merupakan perpaduan romantis.

Belum lagi sambil menikmati jagung bakar manis serta es kelapa muda yang dihidangkan langsung dengan batoknya plus kucuran jeruk nipis pada kelapa muda tersebut, nikmatnya!

Namun begitu adzan maghrib berkumandang, segera bersiap-siaplah untuk beranjak meninggalkan pantai, bila tak ingin kenangan indah Anda diusik oleh beberapa pemuda lokal yang tak segan-segan mengusir pengunjung pantai untuk segera berlalu dari lokasi ini.

Lampuuk, Keindahan yang Tersembunyi

Pantai Lampuuk seperti juga ciri khas pantai-pantai di Aceh, terhitung memanjang, dari utara hingga selatan. Dulu, sebelum peristiwa tsunami terjadi, di pantai ini sangat ramai dengan penjaja ikan segar berupa tempat-tempat makan, yang menawarkan untuk memanggang dan memasakan ikan-ikan tersebut agar bisa langsung dinikmati oleh pengunjung pantai. Namun saat ini tidak tampak satupun tempat makan serupa itu lagi. Seakan pergi bersamaannya dengan luruhnya rimbunan pohon cemara di tepian pantai yang bertumbangan akibat gerusan tsunami.
Namun pantai Lampuuk paling ujung masih meninggalkan eksotisme tersendiri yang berbatas dengan dinding terjal tinggi. Birunya air laut nan berpendar hijau, terpadu dengan birunya langit serta hijaunya pepohonan di atas bukit terjal tersebut. Seorang sahabat memandang terjalnya dinding bukit dan menggumamkan keinginan untuk mendakinya. Pastilah itu yang juga dirasakan para penikmat panjang dinding bila mendekati lokasi ini.

Keindahannya memang tersembunyi, letaknya pun sesungguhnya hampir sama dengan hitungan menit menuju Lhok Nga, namun kesunyian yang ditawarkan pantai ini memang menjadi daya tarik yang berbeda.

Di sini pengunjung tak bisa berenang, pusaran ombaknya terlalu berbahaya, sudah banyak korban tenggelam saat mencoba berenang di lokasi ini. Tempatnya lebih tepat untuk dibuat menikmati indahnya pemandangan pantai dan alam bebas.

Sejauh mata memandang, hanya keindahan warna alam yang tertangkap oleh indra penglihatan. Pasirnya pun pasir putih, pada beberapa sisi pantainya, pasir selembut dan seputih tepung bisa ditemui. Pantai ini paling pas untuk menyepi, terlebih ketika hati sedang gundah, dengan memandang keindahannya, seolah segala duka luruh bersama dengan hembusan angin pantai yang melembut perlahan.

Menikmati sore yang tenang, sambil membawa bekal sendiri sangatlah dianjurkan, maklum inilah satu-satunya pantai dari ke tiga pantai yang dibahas tadi, yang tidak menawarkan kedai maupun warung sesederhana apapun. Benar-benar hanya meyajikan keelokan perawan tiada tara.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | JCPenney Coupons